Tuesday, June 28, 2005

Wisata Indonesia : Taman Nasional Gunung Leuser, Aceh

Taman Nasional Gunung Laseur
Taman Nasional Gunung Leuser atau TNGL merupakan panorama alam dan “paru-paru” dunia yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia sebagai cagar alam nasional sejak tahun 1980 dan ditetapkan sebagai warisan dunia (Cagar Biosfir) oleh UNESCO pada tahun 2004. Pemerintah Indonesia dan Malaysia juga bekerja sama menetapkan TNGL dan Taman Negara National Park di Malaysiasebagai “Sister Park”. TNGL berada di lahan seluas 792.675 hektar, diketinggian 3404 meter di atas permukaan laut dengan temperatur udara 21° - 28° C.

Hutan Gunung Leuser sangat lebat, berkhas hutan pantai dan hutan hujan tropika. Di dalamnya terdapat beberapa sungai, danau, sumber air panas, lembah, dan air terjun. Ekosistem alamnya sangat indah dan beragam yang meliputi dataran rendah (pantai) hingga pengunungan. Terdapat beragam satwa langka yang dilindungi, seperti kucing hutan, harimau Sumatera, rangkong, orang utan, siamang, ular, kupu-kupu, burung, gajah Sumatera, badak Sumatera, kambing hutan, dan rusa sambar. Selain itu, terdapat tumbuhan pencekik (ara) dan tumbuhan langka lainnya, seperti bunga raksasa “Rhizanthes zippelnii” yang berdiameter 1,5 meter, bunga raflesia, dan daun payung raksasa.
Sungai Gunung Laseur
Ada enam lokasi utama wisata di Taman Nasional Gunung Leuser, yaitu Bohorok atau Bukit Lawang yang terkenal sebagai kawasan konservasi orang utan; Kluet yang terkenal dengan wisata goa dan wisata bersampan di danau dan sungai; Gunung Leuser yang sering digunakan untuk lokasi wisata petualangan mendaki dan memanjat gunung; Sungai Alas yang sering digunakan sebagai lokasi wisata olah raga arum jeram; Sekunder yang sering dijadikan tempat perkemahan, melakukan pengamatan satwa dan wisata goa; dan Gurah, sebagai lokasi untuk menikmati panorama alam yang sangat indah dengan beragam tumbuhan unik dan langka, sekaligus tempat pengamatan berbagai satwa langka yang dilindungi.

Taman Nasional Gunung Leuser atau TNGL berada di perbatasan Nanggroe Aceh Darussalam dengan Sumatera Utara. Di Nanggroe Aceh Darussalam, TNGL berada di Kabupaten Aceh Singkil, Aceh Selatan, Aceh Tenggara, dan Gayo Luwes, dan di Sumatera Utara berada di Kabupaten Langkat.

Panorama Gunung Laseur
Untuk mencapai lokasi wisata, pengunjung dapat melalui rute Medan, Sumatera Utara menuju Kutacane, Aceh Tenggara (yang berjarak lebih kurang 240 km) dengan waktu tempuh kurang lebih delapan jam dengan berkendaraan mobil. Lalu dari Kutacane untuk menuju lokasi wisata Gurah atau Ketambe membutuhkan waktu sekitar 30 menit dengan berkendaraan mobil dengan jarak perjalanan sejauh lebih kurang 35 km. Apabila pengunjung ingin menuju lokasi wisata Bohorok atau Bukit Lawang, lebih mudah ditempuh melalui Medan yang berjarak lebih kurang 60 km dengan berkendaraan mobil sekitar 1 jam. Demikian juga apabila pengunjung ingin menuju lokasi wisata Sei Betung lebih mudah ditempuh dari Medan dengan berkendaraan mobil sekitar 2 jam dengan jarak tempuh lebih kurang 150 km. Jika pengunjung ingin menuju kawasan TNGL di Tapaktuan, Ibu Kota Aceh Selatan dapat juga ditempuh dari Medan sekitar 10 jam perjalanan dengan berkendaraan mobil dengan jarak lebih kurang 260 km.

Friday, June 24, 2005

Wisata Indonesia : Kuliner di Seantero Bandung

Mungkin sudah tidak tidak aneh apabila Bandung terkenal akan Kuliner yang beragam,, Wara Wiri Wisata mencoba memberikan informasi tentang Kuliner yang ada di kota bandung komplit dengan alamtnya...
bagi pecinta Kuliner ingin mencoba makanan yang MAKNYUZZZ di kota bandung tinggal pilih pengen makan apa lalu kunjungi alamatnya....

Wisata Indonesia : Intip Upacara Adat Macceratasi

 
Wisata Indonesia akan mengangkat Upacara Adat Macceratasi, Macceratasi merupakan sebutan untuk pesta atau upacara adat menumpahkan darah hewan ke laut yang biasa dilakukan oleh masyarakat pesisir Kotabaru, Kalimantan Selatan. Masyarakat pesisir Kotabaru umumnya terdiri dari beberapa suku, yaitu Bugis, Mandar, Banjar, dan Bajau atau Bajo. Penduduk Kotabaru ini biasanya mengadakan Upacara Adat Macceratasi setiap menjelang tahun baru Masehi (sekitar bulan Desember) di Pantai Gedambaan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas berkah penghidupan dari laut.

Upacara ini memiliki kemiripan dengan upacara adat yang biasa dilakukan oleh masyarakat nelayan di Nusantara, seperti Hajat Laut di Pantai Pangandaran, Jawa Barat, Festival Galesong di Takalar, Sulawesi Selatan, Petik Laut di Malang, Jawa Timur, serta Festival Samboja di Samboja, Kalimantan Timur. Umumnya, rasa syukur para nelayan atas berkah rezeki dari laut diwujudkan dengan upacara melarungkan benda, makanan, atau bagian tubuh hewan (seperti kepala atau darah hewan) ke tengah laut. Hal ini dilakukan sebagai simbol memberikan “makanan” bagi laut, dengan harapan laut akan selalu menjamin rezeki para nelayan yang menggantungkan hidup darinya.
Upacara Adat Macceratasi dilaksanakan selama dua hari. Wisatawan dapat mengikuti rentetan acara mulai dari upacara Tampung Tawar, penyembelihan hewan, pelepasan berbagai macam sajian ke laut, hingga hiburan berupa kesenian dan beladiri tradisional.
Pada hari pertama, sebelum ritual inti yakni menyembelih dan menumpahkan darah hewan ke laut, masyarakat setempat dipimpin oleh seorang tokoh adat mengadakan upacara Tampung Tawar, yaitu upacara memanjatkan doa kepada Tuhan. Dalam prosesi ini, seorang tokoh adat memimpin doa dengan duduk di antara sesaji yang terdiri dari berbagai bahan pokok mentah seperti beras, kelapa, gula, ayam yang masih hidup, dan air kembang.
Setelah doa selesai, tokoh adat akan memercik-mercikkan air kembang kepada khalayak yang hadir sebagai simbol memohon berkah dan keselamatan. Upacara kemudian dilanjutkan dengan menyembelih hewan, antara lain kerbau, kambing, dan ayam. Darah dari hewan-hewan ini ditampung untuk kemudian ditumpahkan ke laut, sementara dagingnya dibagikan kepada masyarakat yang menghadiri upacara.
Usai menumpahkan darah ketiga hewan tersebut, upacara dilanjutkan dengan hiburan berupa kesenian dan beladiri tradisional, seperti hadrah, pencak silat, dan meniti di atas seutas tali. Salah satu hiburan yang cukup digemari oleh masyarakat setempat adalah atraksi meniti di atas tali yang biasa dipertunjukkan oleh anggota masyarakat dari suku Bajau. Dalam atraksi ini, salah seorang anggota suku Bajau akan mempertontonkan kebolehannya meniti seutas tali yang diikatkan di antara dua buah kayu atau pohon di tepi pantai. Orang tersebut akan menunjukkan kemahirannya mengatur keseimbangan sembari memeragakan gerakan silat, menari, atau tiduran di atas tali.
Pada hari kedua, dilakukan ritual melepas miniatur bagang, yaitu perangkat menangkap ikan berupa jaring yang dipasang di antara bambu-bambu penyangga di tengah laut. Di dalam miniatur bagang ini diletakkan berbagai makanan yang sudah matang untuk dilarung ke laut. Pelepasan bagang ini juga merupakan ungkapan terima kasih akan karunia Tuhan yang telah memberikan kekayaan laut yang melimpah. Selain mengikuti rangkaian Upacara Adat Macceratasi, wisatawan juga dapat menikmati panorama Pantai Gedambaan yang merupakan obyek wisata andalan Kabupaten Kotabaru.
Upacara Adat Macceratasi dilaksanakan di Pantai Gedambaan, Desa Gedambaan, Kecamatan Pulau Laut Utara, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia.
Kotabaru terletak di ujung utara Pulau Laut, yaitu salah satu pulau besar di tenggara Kalimantan. Dari Ibu Kota Kalimantan Selatan, Banjarmasin, Kotabaru terletak sekitar 350 kilometer dengan kondisi jalan yang kurang mulus. Wisatawan yang menggunakan bus, bus mini, atau mobil carteran akan menghabiskan waktu sekitar 9—10 jam untuk sampai di pelabuhan penyeberangan. Perjalanan darat ini akan dilanjutkan dengan menyeberangi laut menggunakan kapal ferry menuju Pelabuhan Tanjung Serdang, Kotabaru. Dari Pelabuhan ini, perjalanan darat menuju Kotabaru masih memerlukan waktu sekitar 1 jam dengan jarak sekitar 40 kilometer.
Selain perjalanan darat, jika memilih transportasi laut, wisatawan dapat pula memanfaatkan penyeberangan dari Pelabuhan Batulicin (Kabupaten Tanah Bumbu) menuju Pelabuhan Tanjung Serdang (Kotabaru). Pelabuhan Batulicin merupakan salah satu pelabuhan utama di Kalimantan Selatan yang melayani pelayaran dari dan ke pelabuhan-pelabuhan besar di Kalimantan, Sulawesi, dan Jawa.
Apabila memanfaatkan jasa pesawat udara, wisatawan dapat melakukan transit terlebih dahulu di Bandara Syamsuddin Noor Banjarmasin (Kalimantan Selatan) atau Bandara Sepinggan Balikpapan (Kalimantan Timur) sebelum menuju Bandara Stagen Kotabaru. Dari dua kota ini, saat ini telah ada layanan pesawat jenis Fokker yang dapat mengangkut sekitar 48 penumpang dengan rute Banjarmasin-Kotabaru-Balikpapan dan rute Balikpapan-Kotabaru-Banjarmasin. Pesawat tersebut melayani penerbangan setiap hari dengan waktu tempuh dari Banjarmasin—Kotabaru atau dari Balikpapan—Kotabaru sekitar 30 menit. Dari Banjarmasin pesawat tersebut berangkat sekitar pukul 07.15 WITA, semetara dari Balikpapan sekitar pukul 13.30 WITA. Dari Kotabaru, wisatawan dapat menuju Pantai Gedambaan yang terletak sekitar 14 kilometer dengan menggunakan angkutan umum atau mobil sewaan.
Pantai Gedambaan saat ini telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas, seperti penginapan (cottage), mushola, fasilitas pemancingan, warung makan, kolam renang, panggung terbuka untuk pertunjukan seni dan hiburan lainnya, tempat duduk di tepi pantai, serta area parkir yang cukup luas.