Saturday, February 26, 2005

Wisata Indonesia : Indahnya Pantai Carocok, Sumatra Barat

Pantai Carocok
Indahnya pantai berpasir putih sungguh menawan hati bagi mata yang melihatnya. Barisan pohon kelapa di sepanjang pantai serta kulit-kulit kerang dengan beragam bentuk yang banyak berserakan, semakin menambah apiknya keindahan yang tersaji. 

Pantai di Kabupaten Pesisir Selatan kota Padang yang juga memiliki banyak teluk ini, tentu akan menawan hati siapa saja yang mengunjunginya. Perjalan dengan suasana seperti itu ditemui saat melakukan Ekspedisi Susur Pantai yang dimulai dari pantai Batu Kalang menuju kawasan pelabuhan Carocok di Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. Berwisata dengan cara menyusuri pantai ini masih jarang dilakukan oleh masyarakat maupun organisasi penggiat alam bebas. Hal ini disebabkan oleh minimnya pengetahuan masyarakat tentang kegiatan tersebut, Keadaan ini semakin diperparah dengan sedikitnya informasi mengenai keberadaan pantai yang bisa dilakukan untuk kegiatan susur pantai ini.

Perlengkapan yang digunakan juga tidak terlalu merepotkan. Kecuali jika seandainya kita harus melewati rawa-rawa dalam susur pantai ini, barulah beberapa perlengkapan khusus digunakan. Untuk mempersiapan perlengkapan ini, anda bisa mengetahuinya lebih awal melalui peta yang menjadi tujuan kegiatan. Selain ajang wisata, susur pantai ini pernah juga diperlombakan tahun 1991 di pantai Pariaman oleh Mapala Proklamator Universitas Bung Hatta. Di pantai ini masih banyak rumah penduduk dan perahu nelayan yang bersandar di bibir pantai. Karena laut adalah sumber mata pencaharian masyarakat disini maka tidak mengherankan rasanya jika kita banyak menemui berbagai makanan yang berbahan dasar ikan dan udang. Selain itu suasana khas dari sebuah perkampungan nelayan terasa sangat kental. Di beberapa tempat terlihat para nelayan yang sedang memperbaiki jala maupun perahu yang rusak.

Pada hari pertama ini anda dapat memilih lokasi peristirahatan atau tempat camp yang biasanya agak terpisah dari perkampungan masyarakat. Di sepanjang pantai yang akan lewati banyak ditemui kulit-kulit kerang dan patahan terumbu karang. Pada hari pertama ini akan melewati beberapa buah teluk yaitu teluk Lambu dan teluk Lundang. Pemandangan sungguh sangat indah, bagi yang ingin mencicipi segarnya air kelapa muda juga bisa mendapatkannya secara cuma-cuma. Hanya saja kita harus punya kemampuan memanjat, karena pohon kelapa disini rata-rata tumbuh besar dan tinggi. Suasana seperti berada di tempat terasing terasa saat berada di teluk ini. Masyarakat yang ditemui hanya satu dua saja, itupun secara kebetulan disaat mereka bermaksud melihat kondisi jerat yang mereka pasang pada hari sebelumnya,di daerah ini tepatnya di perbukitan yang membentang menghadap pantai banyak terdapat binatang buruan seperti kancil, rusa dan kijang.

Setelah melewati teluk Lambu, harus merayapi dinding karang dengan ketinggian ± 8 meter. Dinding yang cukup terjal ini biasanya dilewati dengan cara scrambling (menggunakan tangan karena lintasan cukup terjal). Ombak yang bergulung cukup tinggi terdengar bergemuruh saat menghempas di dinding tebing karang. Dinding karang yang di lewati terbentang ± 20 meter, Selain jaraknya jauh karena harus berjalan melingkar menembus perbukitan diatasnya juga disebabkan tidak adanya jalan sehingga nantinya pun kita harus membuka jalur pula. Bermain navigasi di pantai ternyata cukup mudah dan menyenangkan, dengan hanya melihat peta kita sudah bisa memperkirakan posisi dan arah perjalan selanjutnya. Beberapa buah pulau yang terlihat dari pantai bisa kita jadikan titik bidikan dan mengambil back azimutnya melalui bantuan protactor.

Perjalanan selanjutnya harus melintasi rimba sebuah perbukitan. Sebuah tebing karang kembali menghadang perjalan, sehingga perjalanan terpaksa dialihkan. Tebing yang menghadang ini berdiri vertical dengan ketinggian mencapai puluhan meter, karena itu untuk menghindarinya meskipun harus meretas jalur baru. Menjelang tengah hari akan mencapai puncak bukit.Perbukitan ini dikelilingi oleh teluk carocok yang ditumbuhi hutan bakau di sekelilingnya. Pada sisi lain teluk terlihat banyak kapal-kapal ukuran sedang serta perahu nelayan yang sedang bersandar. Lokasi inilah yang dinamakan dengan pelabuhan Carocok.

Monday, February 7, 2005

Wisata Indonesia : Lubuak Bonta Pesona Alam yang Mengesankan, Sumatra Barat

Lubuak Bonta
Berkunjung ke objek wisata pemandian Lubuak Bonta, yang terletak di Korong Tarok Kenagarian Kapalo Hilalang, Kecamatan 2 X 11 Kayu Tanam Kabupaten Padang Pariaman mengantarkan kita pada panorama alam yang begitu mengesankan. Suara gemericik air ditingkahi ikan-ikan kecil yang yang selalu menari dengan riangnya, membuat kita betah berlama lama mengisi waktu, menikmati suasana alam nan asri yang ada di Lubuak Bonta. Keindahan panorama alam pemandian 

Lubuak Bonta, terasa semakin lengkap dengan kehadiran air terjun mini, dengan geraknya yang begitu gemulai, sekaligus mampu meninggalkan kesan mendalam terhadap pengunjung yang menyaksikannya. Lambaian air terjun di tempat ini, juga seakan mengundang keinginan setiap pengunjung untuk datang kembali ke pemandian Lubuak Bonta. Untuk sampai di pemandian Lubuak Bonta sebenarnya tidaklah terlalu sulit, jaraknya yang cukup dekat, dari jalan negara Padang Bukittinggi, (berkisar sekitar 5 KM dari jalan negara,red) menjadikan objek wisata pemandian Lubuak Bonta, begitu mudah dijangkau para pengunjung.

Pemandian objek wisata Lubuak Bonta yang bersumber dari mata air pegunungan itu, terdiri dari dua kolam utama. Satu di antaranya terletak di bagian bawah dan satu lainnya berada di bagian atas. Hanya saja belakangan pengunjung biasanya lebih cenderung mandi-mandi di lubuk yang terdapat di bagian atas, karena di samping airnya tidak begitu dalam, di kawasan itu pengunjung juga dapat menikmati mata air dalam ukuran besar dan bergelombang yang langsung muncul dari permukaan tanah. Meski demikian, lubuk yang ada di bagian bawah juga kerap dikunjungi pengunjung karena di samping airnya cukup dalam juga pemandangan di kawasan lubuak itu, juga begitu menarik untuk dinikmati, terutama dengan airnya yang kebiru-biruan. 

Lubuak Bonta
Kalau biasanya dasar lubuk itu tidak terlihat kepermukaan, tapi karena airnya sudah agak dangkal maka kondisinya saat ini menjadi sedikit berbeda,' terang warga setempat, Sudirman. Terlebih belum lama ini, jalan menuju kawasan tersebut juga baru saja diperbaiki, oleh pemerintah Kabupaten Padangpariaman. Hal ini terasa semakin memanjakan pengunjung, agar semakin cepat tiba di lokasi objek wisata Lubuak Bonta.

Sebagai salah satu objek pemandian yang ada di Padangpariaman, objek wisata Lubuak Bonta memang sudah dikenal sejak lama. Bahkan di era 70-80 an, objek pemandian ini begitu populer di kalangan masyarakat. Tidak hanya masyarakat Padangpariaman, tapi juga masyarakat yang berasal dari berbagai daerah di Sumatera Barat, atapun masyarakat yang datang dari berbagai provinsi di tanah air. Saat inipun objek wisata Lubuak Bonta juga masih menjadi primadona utama, para wisatawan yang berkunjung ke Padangpariaman. Baik itu pada saat hari Minggu, atau hari libur lainnya di samping menjelang masuknya bulan suci Ramadhan, atau dikenal juga dengan musim balimau. Bahkan, sama dengan tahun tahun sebelumnya, saat musim balimau tahun ini objek wisata Lubuak Bonta, juga diprediksi bakal diserbu para pengunjung. Makanya warga setempat, telah mencoba memprakarsai para pemuda untuk membenahi kawasan objek wisata Lubuak Bonta secara swadaya. Hal itu tentunya tidak terlepas dari keinginan untuk memanjakan pengunjung yang ingin balimau ke tempat ini.

Lubuak Bonta
Airnya yang jernih didukung udaranya yang sejuk yang terletak di pinggang Gunuang Tandikek menjadikan objek wisata Lubuak Bonta menjadi salah satu pilihan utama masyarakat, baik sekadar untuk berlibur ataupun bermandi mandi ria dengan teman sebaya, atau anggota keluarga lainnya. Bahkan, tidak jauh dari kawasan objek wisata Lubuak Bonta tersebut pengunjung juga dapat menjumpai kawasan perbukitan yang pernah dikenal dengan rumah buleknya. Tempatnya yang strategis, membuat pengunjung dapat leluasa menyaksikan panorama alam, bahkan menyaksikan laut lepas sekalipun. Bahkan Bandara Internasional Katapiangpun juga bisa dilihat secara jelas dari kawasan ini. 'Hal itu ikut menjadi pendukung daya tarik pengunjung ke objek wisata Lubuak Bonta. Terutama di era 70-80 an, para pengunjung bahkan rela antri, untuk memasuki kawasan objek wisata Lubuak Bonta,' ungkap Alfikri Mukhlis Musa, tokoh pemuda setempat. Pemerintah Kabupaten Padangpariaman yang diprakarsai langsung oleh Bupati Padangpariaman Drs H Muslim Kasim Dt Sinaro Basa, bahkan telah merancang pengembangan objek wisata Lubuak Bonta, menjadi kawasan agrowisata. Di mana saat ini di sekitar kawasan ini telah dikembangkan budidaya buah buahan seperti salak pondok buah naga dan komoditi unggulan lainnya.

Friday, February 4, 2005

Wisata Indonesia : Keraton Kasepuhan Cirebon

Lambang Keraton Kasepuhan
Keraton Kasepuhan adalah keraton termegah dan paling terawat di Cirebon. Makna di setiap sudut arsitektur keraton ini pun terkenal paling bersejarah. Halaman depan keraton ini dikelilingi tembok bata merah dan terdapat pendopo didalamnya.

Keraton ini memiliki museum yang cukup lengkap dan berisi benda pusaka dan lukisan koleksi kerajaan. Salah satu koleksi yang dikeramatkan yaitu kereta Singa Barong. Kereta ini saat ini tidak lagi dipergunakan dan hanya dikeluarkan pada tiap 1 Syawal untuk dimandikan. Bagian dalam keraton ini terdiri dari bangunan utama yang berwarna putih. Didalamnya terdapat ruang tamu, ruang tidur dan singgasana raja.

Sejarah
Kearton Kasepuhan Cirebon
Keraton Kasepuhan didirikan pada tahun 1529 oleh [[Pangeran Mas Mochammad Arifin II] (cicit dari Sunan Gunung Jati) yang menggantikan tahta dari Sunan Gunung Jati pada tahun 1506. Ia bersemayam di dalem Agung Pakungwati Cirebon. Keraton Kasepuhan dulunya bernama Keraton Pakungwati, sedangkan Pangeran Mas Mochammad Arifin bergelar Panembahan Pakungwati I. Sebutan Pakungwati berasal dari nama Ratu Dewi Pakungwati binti Pangeran Cakrabuana yang menikah dengan Sunan Gunung Jati. Ia wafat pada tahun 1549 dalam Mesjid Agung Sang Cipta Rasa dalam usia yang sangat tua. Nama beliau diabadikan dan dimuliakan oleh nasab Sunan Gunung Jati sebagai nama Keraton yaitu Keraton Pakungwati yang sekarang bernama Keraton Kasepuhan.

Di depan Keraton Kesepuhan terdapat alun-alun yang pada waktu zaman dahulu bernama Alun-alun Sangkala Buana yang merupakan tempat latihan keprajuritan yang diadakan pada hari Sabtu atau istilahnya pada waktu itu adalah Saptonan. Dan di alun-alun inilah dahulunya dilaksanakan berbagai macam hukuman terhadap setiap rakyat yang melanggar peraturan seperti hukuman cambuk. Di sebelah barat Keraton kasepuhan terdapat Masjid yang cukup megah hasil karya dari para wali yaitu Masjid Agung Sang Cipta Rasa.

Sedangkan di sebelah timur alun-alun dahulunya adalah tempat perekonomian yaitu pasar -- sekarang adalah pasar kesepuhan yang sangat terkenal dengan pocinya. Model bentuk Keraton yang menghadap utara dengan bangunan Masjid di sebelah barat dan pasar di sebelah timur dan alun-alun ditengahnya merupakan model-model Keraton pada masa itu terutama yang terletak di daerah pesisir. Bahkan sampai sekarang, model ini banyak diikuti oleh seluruh kabupaten/kota terutama di Jawa yaitu di depan gedung pemerintahan terdapat alun-alun dan di sebelah baratnya terdapat masjid.

Sebelum memasuki gerbang komplek Keraton Kasepuhan terdapat dua buah pendopo, di sebelah barat disebut Pancaratna yang dahulunya merupakan tempat berkumpulnya para punggawa Keraton, lurah atau pada zaman sekarang disebut pamong praja. Sedangkan pendopo sebelah timur disebut Pancaniti yang merupakan tempat para perwira keraton ketika diadakannya latihan keprajuritan di alun-alun.

Keraton Kasepuhan Cirebon
Memasuki jalan kompleks Keraton di sebelah kiri terdapat bangunan yang cukup tinggi dengan tembok bata kokoh disekelilingnya. Bangunan ini bernama Siti Inggil atau dalam bahasa Cirebon sehari-harinya adalah lemah duwur yaitu tanah yang tinggi. Sesuai dengan namanya bangunan ini memang tinggi dan nampak seperti kompleks candi pada zaman Majapahit. Bangunan ini didirikan pada tahun 1529, pada masa pemerintahan Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati).

Di pelataran depan Siti Inggil terdapat meja batu berbentuk segi empat tempat bersantai. Bangunan ini merupakan bangunan tambahan yang dibuat pada tahun 1800-an. Siti Inggil memiliki dua gapura dengan motif bentar bergaya arsitek zaman Majapahit. Di sebelah utara bernama Gapura Adi sedangkan di sebelah selatan bernama Gapura Banteng. Dibawah Gapura Banteng ini terdapat Candra Sakala dengan tulisan Kuta Bata Tinata Banteng yang jika diartikan adalah tahun 1451.

Saka yang merupakan tahun pembuatannya (1451 saka = 1529 M). Tembok bagian utara komplek Siti Inggil masih asli sedangkan sebelah selatan sudah pernah mengalami pemugaran/renovasi. Di dinding tembok kompleks Siti Inggil terdapat piring-piring dan porslen-porslen yang berasal dari Eropa dan negeri Cina dengan tahun pembuatan 1745 M. Di dalam kompleks Siti Inggil terdapat 5 bangunan tanpa dinding yang memiliki nama dan fungsi tersendiri. Bangunan utama yang terletak di tengah bernama Malang Semirang dengan jumlah tiang utama 6 buah yang melambangkan rukun iman dan jika dijumlahkan keseluruhan tiangnya berjumlah 20 buah yang melambangkan 20 sifat-sifat Allah SWT. Bangunan ini merupakan tempat sultan melihat latihan keprajuritan atau melihat pelaksanaan hukuman. Bangunan di sebelah kiri bangunan utama bernama Pendawa Lima dengan jumlah tiang penyangga 5 buah yang melambangkan rukun islam. Bangunan ini tempat para pengawal pribadi sultan.Bangunan di sebelah kanan bangunan utama bernama Semar Tinandu dengan 2 buah tiang yang melambangkan Dua Kalimat Syahadat. Bangunan ini adalah tempat penasehat Sultan/Penghulu. 

Di belakang bangunan utama bernama Mande Pangiring yang merupakan tempat para pengiring Sultan, sedangkan bangunan disebelah mande pangiring adalah Mande Karasemen, tempat ini merupakan tempat pengiring tetabuhan/gamelan. Di bangunan inilah sampai sekarang masih digunakan untuk membunyikan Gamelan Sekaten (Gong Sekati), gamelan ini hanya dibunyikan 2 kali dalam setahun yaitu pada saat Idul Fitri dan Idul Adha. Selain 5 bangunan tanpa dinding terdapat juga semacam tugu batu yang bernama Lingga Yoni yang merupakan lambing dari kesuburan. Lingga berarti laki-laki dan Yoni berarti perempuan. Bangunan ini berasal dari budaya Hindu. Dan di atas tembok sekeliling kompleks Siti Inggil ini terdapat Candi Laras untuk penyelaras dari kompleks Siti Inggil ini.

Thursday, February 3, 2005

Wisata Indonesia : Rebana Aceh Rapa’i

Rebana Rapa'i
Rapa`i adalah salah satu alat tabuh seni dari Aceh. Alat tabuh ini dikenal dengan nama Rebana. Rapa`i (Rebana) terbagi kepada beberapa jenis permainan, Rapa`i Geleng salah satunya. Permainan Rapa`i Geleng juga disertakan gerakan tarian yang melambangkan sikap keseragaman dalam hal kerjasama, kebersamaan, dan penuh kekompakan dalam lingkungan masyarakat. 

Tarian ini mengekspresikan dinamisasi masyarakat dalam syair (lagu-lagu) yang dinyanyikan. Fungsi dari tarian ini adalah syiar agama, menanamkan nilai moral kepada masyarakat, dan juga menjelaskan tentang bagaimana hidup dalam masyarakat sosial. Rapa`i Geleng pertama kali dikembangkan pada tahun 1965 di Pesisir Pantai Selatan. Nama Rapa`i diadopsi dari nama Syeik Ripa`i yaitu orang pertama yang mengembangkan alat musik pukul ini. Syair yang dibawakan tergantung pada Syahi. 

Hingga sekarang syair-syair itu banyak yang dibuat baru namun tetap pada fungsinya yaitu berdakwah. Jenis tarian ini dimaksudkan untuk laki-laki. Biasanya yang memainkan tarian ini ada 12 orang laki-laki yang sudah terlatih. Syair yang dibawakan adalah sosialisasi kepada mayarakat tentang bagaimana hidup bermasyarakat, beragama sertasolidaritas yang dijunjung tinggi. Biasanya diselenggarakan digedung kesenian, ataupun di tempat-tempat tertentu jika ada perayaan kesenian ataupun acara seni dan budaya