Wisata Indonesia akan mengangkat Upacara Adat Macceratasi, Macceratasi merupakan sebutan untuk pesta atau upacara adat menumpahkan darah hewan ke laut yang biasa dilakukan oleh masyarakat pesisir Kotabaru, Kalimantan Selatan. Masyarakat pesisir Kotabaru umumnya terdiri dari beberapa suku, yaitu Bugis, Mandar, Banjar, dan Bajau atau Bajo. Penduduk Kotabaru ini biasanya mengadakan Upacara Adat Macceratasi setiap menjelang tahun baru Masehi (sekitar bulan Desember) di Pantai Gedambaan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas berkah penghidupan dari laut.
Upacara ini memiliki kemiripan dengan upacara adat yang biasa dilakukan oleh masyarakat nelayan di Nusantara, seperti Hajat Laut di Pantai Pangandaran, Jawa Barat, Festival Galesong di Takalar, Sulawesi Selatan, Petik Laut di Malang, Jawa Timur, serta Festival Samboja di Samboja, Kalimantan Timur. Umumnya, rasa syukur para nelayan atas berkah rezeki dari laut diwujudkan dengan upacara melarungkan benda, makanan, atau bagian tubuh hewan (seperti kepala atau darah hewan) ke tengah laut. Hal ini dilakukan sebagai simbol memberikan “makanan” bagi laut, dengan harapan laut akan selalu menjamin rezeki para nelayan yang menggantungkan hidup darinya.
Upacara Adat Macceratasi dilaksanakan selama dua hari. Wisatawan dapat mengikuti rentetan acara mulai dari upacara Tampung Tawar, penyembelihan hewan, pelepasan berbagai macam sajian ke laut, hingga hiburan berupa kesenian dan beladiri tradisional.
Pada hari pertama, sebelum ritual inti yakni menyembelih dan menumpahkan darah hewan ke laut, masyarakat setempat dipimpin oleh seorang tokoh adat mengadakan upacara Tampung Tawar, yaitu upacara memanjatkan doa kepada Tuhan. Dalam prosesi ini, seorang tokoh adat memimpin doa dengan duduk di antara sesaji yang terdiri dari berbagai bahan pokok mentah seperti beras, kelapa, gula, ayam yang masih hidup, dan air kembang.
Setelah doa selesai, tokoh adat akan memercik-mercikkan air kembang kepada khalayak yang hadir sebagai simbol memohon berkah dan keselamatan. Upacara kemudian dilanjutkan dengan menyembelih hewan, antara lain kerbau, kambing, dan ayam. Darah dari hewan-hewan ini ditampung untuk kemudian ditumpahkan ke laut, sementara dagingnya dibagikan kepada masyarakat yang menghadiri upacara.
Usai menumpahkan darah ketiga hewan tersebut, upacara dilanjutkan dengan hiburan berupa kesenian dan beladiri tradisional, seperti hadrah, pencak silat, dan meniti di atas seutas tali. Salah satu hiburan yang cukup digemari oleh masyarakat setempat adalah atraksi meniti di atas tali yang biasa dipertunjukkan oleh anggota masyarakat dari suku Bajau. Dalam atraksi ini, salah seorang anggota suku Bajau akan mempertontonkan kebolehannya meniti seutas tali yang diikatkan di antara dua buah kayu atau pohon di tepi pantai. Orang tersebut akan menunjukkan kemahirannya mengatur keseimbangan sembari memeragakan gerakan silat, menari, atau tiduran di atas tali.
Pada hari kedua, dilakukan ritual melepas miniatur bagang, yaitu perangkat menangkap ikan berupa jaring yang dipasang di antara bambu-bambu penyangga di tengah laut. Di dalam miniatur bagang ini diletakkan berbagai makanan yang sudah matang untuk dilarung ke laut. Pelepasan bagang ini juga merupakan ungkapan terima kasih akan karunia Tuhan yang telah memberikan kekayaan laut yang melimpah. Selain mengikuti rangkaian Upacara Adat Macceratasi, wisatawan juga dapat menikmati panorama Pantai Gedambaan yang merupakan obyek wisata andalan Kabupaten Kotabaru.
Upacara Adat Macceratasi dilaksanakan di Pantai Gedambaan, Desa Gedambaan, Kecamatan Pulau Laut Utara, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia.
Kotabaru terletak di ujung utara Pulau Laut, yaitu salah satu pulau besar di tenggara Kalimantan. Dari Ibu Kota Kalimantan Selatan, Banjarmasin, Kotabaru terletak sekitar 350 kilometer dengan kondisi jalan yang kurang mulus. Wisatawan yang menggunakan bus, bus mini, atau mobil carteran akan menghabiskan waktu sekitar 9—10 jam untuk sampai di pelabuhan penyeberangan. Perjalanan darat ini akan dilanjutkan dengan menyeberangi laut menggunakan kapal ferry menuju Pelabuhan Tanjung Serdang, Kotabaru. Dari Pelabuhan ini, perjalanan darat menuju Kotabaru masih memerlukan waktu sekitar 1 jam dengan jarak sekitar 40 kilometer.
Selain perjalanan darat, jika memilih transportasi laut, wisatawan dapat pula memanfaatkan penyeberangan dari Pelabuhan Batulicin (Kabupaten Tanah Bumbu) menuju Pelabuhan Tanjung Serdang (Kotabaru). Pelabuhan Batulicin merupakan salah satu pelabuhan utama di Kalimantan Selatan yang melayani pelayaran dari dan ke pelabuhan-pelabuhan besar di Kalimantan, Sulawesi, dan Jawa.
Apabila memanfaatkan jasa pesawat udara, wisatawan dapat melakukan transit terlebih dahulu di Bandara Syamsuddin Noor Banjarmasin (Kalimantan Selatan) atau Bandara Sepinggan Balikpapan (Kalimantan Timur) sebelum menuju Bandara Stagen Kotabaru. Dari dua kota ini, saat ini telah ada layanan pesawat jenis Fokker yang dapat mengangkut sekitar 48 penumpang dengan rute Banjarmasin-Kotabaru-Balikpapan dan rute Balikpapan-Kotabaru-Banjarmasin. Pesawat tersebut melayani penerbangan setiap hari dengan waktu tempuh dari Banjarmasin—Kotabaru atau dari Balikpapan—Kotabaru sekitar 30 menit. Dari Banjarmasin pesawat tersebut berangkat sekitar pukul 07.15 WITA, semetara dari Balikpapan sekitar pukul 13.30 WITA. Dari Kotabaru, wisatawan dapat menuju Pantai Gedambaan yang terletak sekitar 14 kilometer dengan menggunakan angkutan umum atau mobil sewaan.
Pantai Gedambaan saat ini telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas, seperti penginapan (cottage), mushola, fasilitas pemancingan, warung makan, kolam renang, panggung terbuka untuk pertunjukan seni dan hiburan lainnya, tempat duduk di tepi pantai, serta area parkir yang cukup luas.
0 comments:
Post a Comment