Friday, June 24, 2005

Wisata Indonesia : Berwisata di Tana Toraja

Tanah Toraja, merupakan salah satu obyek WISATA INDONESIA yang terkenal dengan kekayaan budayanya. Kabupaten yang terletak sekitar 350 km sebelah Utara Makassar ini sangat terkenal dengan bentuk bangunan rumah adatnya. Rumah adat ini bernama TONGKONAN.

Tongkonan

Atapnya terbuat dari bambu yang dibelah dan disusun bertumpuk, namun saat ini banyak juga yang menggunakan seng. Tongkonan ini juga memiliki strata sesuai derajat kebangsawanan masyarakat seperti strata emas, perunggu, besi dan kuningan. Kehadiran Tongkonan selalu membuat kagum masyarakat negeri tersebut karena bentuknya yang unik. Perbedaannya dengan yang ada di Tanah Toraja hanya terletak di atapnya yang menggunakan bambu.Masih banyak lagi daya tarik dari Tanah Toraja selain upacara adat rambu solo (pemakaman) yang sudah kesohor selama ini.
Alam Tana Toraja sangat indah, sehingga dijuluki objek wisata primadona, untuk di Sulawesi Selatan dan Indonesia bagian Timur. Julukan ini pantas karena Tana Toraja sejak tahun 1960 telah dikenal oleh para tourist di berbagai manca negara.

Obyek Wisata di Tana Toraja

Buntu Kalando

Objek wisata ini adalah Tongkonan Puang Sangalla' yang telah difungsikan sebagai museum dan home stay, terletak di Kelurahan Kaero Sangalla' 20 Km dari kota Rantepao. Buntuk Kalando mempunyai adat "Tanado Tananan Lantangna Kaero Tongkonan Layuk" yaitu sebagai tempat kediaman "Puang Sangalla".
 
Tongkonan ini dibangun bersama dengan tiga lumbung padi (Alang Sura'). Buntu Kalando sebagai Tongkonan Tananan Lantangna Kaero Tongkonan Layuk dilengkapi dengan beraneka ragam tanduk yaitu tanduk kerbau, tanduk rusa, dan tanduk anoa terpampang di bagian muka Tongkonan dua buah kabongo' yaitu satu kabongo' bonga' Sura' dan satu kabongo' pudu' serta di atasnya didudukkan katik yang menyerupai langkan maega (burung elang), perlambang kebesaran.
Sebagai museum dalam tongkonan ini dilengkapi barang-barang koleksi antara lain:
1.      Alat kerajaan Sangalla'
2.      Pakaian adat kebesaran
3.      Barang-barang bersejarah
4.      Barang-barang antik
5.      Alat-alat perang
6.      Alat-alat ritus
7.      Alat-alat pertanian
8.      Alat-alat dapur
9.      Alat-alat makan
10.  Alat-alat minum
11.  Barang-barang berkhasiat (balo')
12.  Alat-alat top seks Toraja
13.  Dan lain-lain

Lemo
Berada di km 9 jurusan Makale-Rantepao masuk 600 meter. Lemo adalah salah satu kuburan leluhur Toraja, hasil kombinasi antara ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dengan kreasi tangan terampil Toraja pada abad XVI (dipahat) atau Liang Paa'. Jumlah lubang batu kuno ada 75 buah dan tau-tau yang tegak berdiri sejumlah 40 buah sebagai lambang prestise, status, peran dan kedudukan para bangsawan di Desa Lemo. Diberi nama Lemo oleh karena model liang batu ini ada yang menyerupai jeruk bundar dan berbintik-bintik.
Sejak tahun 1960, obyek wisata ini telah ramai dikunjungi oleh para wisatawan asing dan domestik.
Pengunjung dapat pula melepaskan keinginannya dan membelanjakan dollar atau rupiahnya pada kios-kios suvenir. Ataukah berjalan-jalan di sekitar obyek ini menyaksikan buah-buahan pangi yang ranum kecoklatan yang siap diolah dan dimakan sebagai makanan khas suku toraja yang disebut "Pantollo Pamarrasan".

Ma'daung Tondok

MISTIK!!!… Sepenggal kata yang mungkin cukup mampu mendesirkan bulu kuduk, hal itupun tepat untuk melukiskan adat Ma'daung Tondok Sillanan yang dalam pelaksanaannya penuh mengandung ritual-ritual mistis.
Ma'daung Tondok
Obyek wisata Ma'daung Tondok terletak di Kecamatan Mengkendek 20 km arah Selatan Makale, ke arah Barat, di Desa Sillanan. Obyek ini didukung oleh obyek-obyek wisata yang sangat menarik seperti : Lo'ko'wai, To'Banga, Pangrapasan dan Ma'dandan serta Tongkonan Karua Sillanan. Di mana masing-masing memiliki daya tarik yang spesifik dan keunggulan tersendiri seperti : Lo'ko'wai; di tempat ini terdapat mayat bayi yang unik dan awet (mummy) di mana rambut, kuku, gigi serta kulitnya masih utuh meskipun umur mayat tersebut diperkirakan sudah berkisar 4 ½ abad. Mayat tersebut disakralkan oleh masyarakat di wilayah adat Ma'daung Tondok yang secara mitologis diyakini adalah keturunan dewa. Kurang lebih 400 meter terdapat kuburan manusia purba yang terdiri dari tumpukan erong, serta beberapa liang pahat di sekitarnya. Hal lain yang bisa kita nikmati di sektor-sektor obyek ini adalah keindahan alam. Para pengunjung masih dapat menyaksikan pohon-pohon tropis yang terpelihara meskipun umurnya telah tua, dan berkhasiat obat. Perkampungan tradisional yang masih asli dan unik tempat upacara adat, suatu benteng pertahanan yang digunakan untuk memantau musuh pada sekitar abad XVI. Benteng ini tidak pernah diterobos oleh musuh pada zaman dahulu. Wilayah obyek wisata Ma'daung Tondok secara keseluruhan sampai saat ini masih terpelihara dengan baik dan siap menanti kunjungan Anda.

Museum Londorundun

Menurut penuturan lisan orang Toraja khususnya bagi para bangsawan khususnya di Kecamatan Sa'dan Balusu' dan Sesean bahwa Londorundun yang bergelar "Datu Manili", adalah seorang putri yang cantik jelita yang memiliki rambut panjang dengan ukuran 17 depah 300 jengkal atau dalam Bahasa Toraja "Sang pitu da'panna, Talluratu' Dangkananna". Gadis jelita ini dipersunting oleh seorang raja dari Kabupaten Bone yang bernama "Datu Bendurana".
Bukti sejarahnya adalah sebuah buku besar yang modelnya persis dengan sebuah kapal dikawal oleh dua batu kecil yang modelnya seperti perahu berada di Sungai Sa'dan di desa Malango' (Rantepao) sebelah kanan jembatan Malango' yang menurut cerita leluhur secara turun-temurun adalah kapal milik Datu Bendurana yang datang mencari dan menyelidiki Datu Manili (Londorundun). Mereka dipertemukan dalam jodoh dan oleh sebab itu orang Bone tidak boleh berselisih dengan orang Toraja, karena mereka mempunyai "Basse" atau "Perjanjian". Salah satu saudara kandung Londorundun adalah "Puang Bualolo" kawin ke wilayah Sa'dan, dan menjadi leluhur pemilik Museum Londorundun yang terletak di Desa Tallunglipu, kompleks Bolu-Rantepao.

Pala'tokke

Syahdan, dahulu ada seorang pria yang memiliki kesaktian, berbekal kesaktiannya pula Pala' Tokke mulai memanjat tebing dengan cara merangkak untuk kemudian membuat lubang pada tebing yang digunakan untuk menancapkan kayu sebagai penahan erong (peti mayat purba). Atas jasanya maka daerah ini kemudian diberi nama Pala' Tokke oleh masyarakat sekitar. Berkunjung ke Pala' Tokke dapat melihat peti mati yang menyerupai sebuah rak yang digantung pada sebuah tebing gunung.

Potek Tengan

Tak kenal maka tak sayang, sesudah dikenal bisa jatuh cinta. Sungguh jatuh cinta pada obyek wisata Potok Tengan di Desa Tengan Kecamatan Mengkendek, persis di bawah kaki Gunung Kandora. Obyek wisata ini memiliki suatu rahasia yang terpendam yang pasti punya makna dan arti hidup yang sarat dengan pertanyaan.
Ya, itulah 'Batu Suci' sebagai penjelmaan dari mayat 'Puang Pindakati' istri dari Datu Sawerigading. Permaisuri Datu Sawerigading ini dipuji-puji masyarakatnya di masa silam sebagai 'Dewi Pelindung' (Penolong). Sebagai penghormatan bagi Dewi Pelindung ini diadakan 'Pesta Meroek' setiap tahun.
Generasi dari Dewi Pelindung dan datu Sawerigading, mengatur pemerintahannya dalam 3 fungsi yang disebut Tallu Borangna, yaitu pada Tongkonan Potok Tengan, dan pemimpinnya bergelar Pattole Baine, pada Tongkonan Garompa bergelar Masulosulo. Masing-masing dengan fungsi Pemimpin Tertinggi (salassa'). Penerangan dan obyek wisata sekali lagi dilengkapi dengan suatu mitos dan mungkin pasti (you believe it or not), adalah seorang yang pada zamannya dipandang sebagai Dewa dengan gelar "Tomebanuaditoke", Tometondok Dianginni, To turunan dibentoen, To Losson di Batara Mendemme' di Kapadanganna, Dialah "Puang Tambora Langi" si pembawa adat Sanda Saratu yakni 7777 pasal yang menjadi tatanan adat, ada'na sukaran aluk masyarakat Toraja sejak leluhur hingga kini.
Sarana prasarana menuju obyek sebagian sudah baik, tetapi sebagian pula yang masih jalan setapak model jalan kampung tempo dulu. Namun Anda tidak merasa lelah dan tiba-tiba telah berada di puncak potok tengan, oleh karena melalui jalan-jalan ke Potok Tengan ada kekuatan gaib yang mengantar Anda.

Ranpanan Kapa'

Ranpanan kapa' adalah upacara perkawinan secara adat di Tana Toraja, yang dilaksanakan oleh orang-orang tua tempo dulu, dengan memenuhi beberapa persyaratan antara lain pihak laki-laki wajib menyerahkan mas kawin berupa "kaleke' dan pangan". Tetapi untuk zaman di alam modern ini, pihak laki-laki dan pihak perempuan sama-sama membiayai pesta pernikahan (toleransi atau patungan) juga pakaian pengantin telah dimodifikasi.

Ranta Tendan

Ranta Tendan adalah pusaka leluhur Puang Balusu dan keluarga-keluarga lainnya, yang digunakan untuk acara upacara Rambu Solo' (Ma'palao). Di Rante Tendan ini kita dapat menyaksikan hadirnya puluhan dari ratusan "Simbuang Batu" sebagai pertanda , bahwa upacara Ma'palo sudah banyak kali diadakan, digunakan sejak abad X pada zaman hidupnya Puang Takke Buku. Jarak Rante Tendan dari kota Rantepao ± 15 km.

Kuburan Batu, salah satu bentuk kuburan Orang Toraja

Untuk menuju Tanah Toraja yang mengagumkan ini terdapat jalur penerbangan domestik Makassar - Tanah Toraja yang saat ini hanya sekali seminggu dan memakai pesawat kecil berpenumpang delapan orang, yang memakan waktu 45 menit dari Bandara Hasanuddin Makassar. Jika lewat darat, perjalanan yang cukup melelahkan ini membutuhkan waktu selama tujuh hingga sepuluh jam.
Event menarik di kawasan wisata ini yaitu adanya upacara pemakaman jenazah (rambu solo) dan rambu tuka (pesta syukuran) yang merupakan kalender tetap tiap tahun. Selain event tersebut, para pengunjung bisa melihat dari dekat obyek wisata budaya menarik lainnya seperti penyimpanan jenazah di penampungan mayat berbentuk “kontainer” ukuran raksasa dengan lebar 3 meter dan tinggi 10 meter serta tongkonan yang sudah berusia 600 tahun di Londa, Rantepao.

Pesta Rambu Solo’ atau pesta/ritual acara penguburan

Ini adalah sebagian kecil dari sekian banyak pesona wisata yang ditawarkan oleh tana toraja sebagai daerah tujuan wisata andalan sulawesi selatan. Bagaimana? Tertarik melihat keunikan wisata budaya ini?



0 comments:

Post a Comment